BAB I
PENDAHULUAN
Kebiasaaan
bangsa Arab sebelum Islam hadir ialah suka menyembah berhala, berzinah,
berjudi, mabuk bahkan menganiaya dan membunuh kaum yang lemah. Sejak diutusnya
nabi Muhammad menjadi rasul pada tanggal 17 Ramadhan 610 M di Gua Hiro yang membawa
ajaran islam (berkebalikan dengan kebiasaan mereka), hal ini dapat mengubah
paradigma dan kebiasaan bangsa Arab, sehingga kaum Quraisy terancam
kesejahteraannya. Pasalnya, selama ini kaum Quraisy mendapatkan penghasilan
dari kebiasaan menyembah berhala dan mendapat kekuasaan atas orang-orang lemah atau
budak-budak.
Berbagai
cara dilakukan kaum Quraisy untuk mencegah dan menghentikan penyebaran ajaran
agama islam yang dibawakan oleh nabi Muhammad. Mulai dari cacian, makian,
menganiaya bahkan membunuh kaum muslim meskipun itu sanak keluarganya sendiri, mereka
lakukan.
Namun
Nabi Muhammad adalah manusia yang telah diutus oleh Allah SWT, bukanlah sembarangan
orang. Selain sifatnya yang luar biasa, ia juga mampu menyusun strategi dan
metode dalam menjalankan tugasnya sebagai pembawa pesan dari Allah. Berbagai
metode dan strategi ia lakukan, mulai dari cara sembunyi-sembunyi,
terang-terangan bahkan dengan jalan perang ia lakukan.
Dalam
makalah ini, akan membahas bagaimana metode dakwah rasul dalam menghadapi
tantangan dari kaum Quraisy yang sangat keji. Juga pendekatan-pendekatan yang
rasul gunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai penyeru yang maruf dan
mencegah yang mungkar. Dan juga perbandingannya dengan perkembangan metode
dakwah saat ini, berikut pula metode komunikasinya yang sangat erat kaitannya
dengan metode dakwah sehingga nantinya akan timbul keilmuan yang disebut
Komunikasi Dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Pada tanggal 17 Ramadhan 610 M Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menyebarkan
ajaran agama Islam. “Iqra” begitulah perintah malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad. Nabi Muhammad bingung, Jibril memerintahkannya untuk membaca
sedangkan ia tak tau apa yang harus ia baca, sosok cahaya yang munvul dengan
tiba-tiba lalu memerintahkan ia membaca itu, tentu membuat Nabi Muhammad
bingung dan ketakutan hingga lari ke rumah dan meminta Khadijah untuk
meneyelimutinya. Sebagai seorang isteri yang setia, Khadijah mencoba
menenangkan nabi Muhammad dengan perkataan yang masuk di akal. Khadijah berkata
“Demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan engkau! Engkau adalah
seorang yang selalu menghubungi sanak keluarga, selalu menolong orang yang
susah, memberikan jamuan pada tamu dan menyampaikan amanat yang mempunyainya”.
1Lalu khadijah
membawa Nabi Muhammad kepada Waraqah bin Naufal, seorang ahli yang
berpengalaman dan juga sepupu Khadijah. Waraqah bin Naufal berkata :
“Demi tuhan yang jiwaku ada di tanganNya, sesungguhnya engkau
adalah nabi untuk umat ini. Engkau telah didatangi oleh jibril yang juga pernah
mendatangi musa. Dan kelak engkau akan didustakan, disakiti, diusir bahkan kamu
akan diperangi oleh kaum mu. Setiap orang yang diutus menjadi nabi sepertimu,
pasti dia akan dimusuhi dan diperangi oleh kaumnya. Jika aku ada waktu kamu
dimusuhi masih hidup, pasti kamu akan ku bela sekuatku”
Melihat
kejadian itu, nabi Muhammad memutuskan untuk menyebarkan ajaran islam kepada
orang-orang terdekatnya terlebih dahulu dengan cara sembunyi-sembunyi untuk
menghindari pertikaian dan ancaman kaum Quraisy. Sebenarnya Nabi Muhammad
setelah mendapat wahyu pertama ia langsung menceritakan kepada kaum Quraisy
tentang ajaran Tauhid dan memerintahkan agar tidak berlaku kasar terhadap
sesamanya. Namun karena
Kaum Quraisy mempunyai hati sekeras batu, akhlak setara binatang,
dan juga karena mereka takut akan terancam kesejahteraanya dalam “bisnis
berhala”, sebisa mungkin ia menghalau Nabi Muhammad dalam berdakwah. Untuk itu
nabi lebi memilih mengalah dengan cara berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dalam
berdakwah sembunyi-sembunyi, ia melakukan berbagai metode, salah satunya dengan
metode pendekatan personal (dari pintu ke pintu) dan juga dengan metode bil hal
(menjadi suri tauladan yang baik bagi umat muslim maupun non muslim). Adapun
beberapa metode yang dilakukan rasul selama dakwah secara sembunyi-sembunyi,
ialah :
1.
Metode Personal, metode semacam ini terjadi dengan cara individual, yaitu antara
Dai dan Mad’u. langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung
diterima, dan biasanya reaksi yang ditimbulkan mad’u langsung diketahui. 2Pendekatan
ini Rasul lakukan untuk mencegah guncangan reaksioner di kalangan masyarakat
Quraisy, yang pada saat itu masih percaya dengan kepercayaan animism warisan
leluhur mereka.
2.
Metode Pendidikan,
pada zaman rasul pendidikan ini dicontohkan dengan mendatangkan
rumah ke rumah. Atau menjadikan salah satu rumah sahabat untuk dijadikan tempat
pemberian materi-materi Islam. Seperti rumah Al-Arqam bin Abi Arqam yang
dijadikan tempat pertama menyampaikan mater-materi pendidikan Islam.
3.
Metode Diskusi,
metode diskusi Dai sebagai narasumber sedangkan Mad’u sebagai audience.
Tujuannya ialah untuk pemecahan problematika yang ada kaitaannya dengan dakwah,
sehingga apa yang menjadikan permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Pada
masa sembunyi-sembunyi diskusi masih dalam seputar ke-tauhidan, atau apa-apa
saja ajaran Islam itu, dan juga mengenai kehidupan setelah mati. Selain itu
diskusi pada kondisi seperti ini tidak leluasa, karena harus sembunyi-sembunyi.
4.
Metode bi Al-Hal,
dakwah metode ini dilakukan dengan upaya ajakan melalui upaya 3penyatuan
elaborasi antara pemahaman atau pengetahuan (thinking) dengan keyakinan atau
perasaan (feeling). Dengan demikian, dakwah dengan metode ini dapat dilakukan
dengan mauidhah hasanah (memberi contoh teladan).
2Rahmat Semesta
(sebuah lembaga kajian dan pengembangan Dakwah forum komunikasi Mahasiswa dan
Alumni UIN Syarif Hidayatulah), Metode Dakwah, Jakarta:Prenada Media
2003 hlm 21
3Musthofa, Dimensi-dimensi
Psikologi Kajian Ilmu Dakwah, Jurnal Ilmu Dakwah IAIN Sunan Ampel Vol.11
No.1 April 2005, hlm 102
5.
Metode
bil Hikmah, dari sekian
metode awal rasul berdakwah (setelah menerima wahyu kenabian). Rasul
menjalankan tugasnya dengan metode bi al-hikmah, dimana metode ini dilakukan
rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada saat dakwah
terang-terangan. Sesuai dengan ayat An-Nahl : 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan 4hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan
selama tiga tahun lamanya, dan menghasilkan beberapa nama yang berhasil masuk
Islam, diantaranya adalah Khadijah, Ali bin abu Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu
Bakar, Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi
Waqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.
2. DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
Setelah dirasa sudah mendapat banyak
dukungan dari sanak keluarga, sahabat dan juga tetangganya dari hasil berdakwah
secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah memberanikan diri berdakwah secara
terang-terangan di pemuka kaum Quraisy. Tentunya alasan dakwah secara
terang-terangan ini juga berlandaskan atas perintah Allah SWT, dalam QS Al-Hijr
94 Allah berfirman :
Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.
4Hikmah menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud artinya ialah, dakwah
dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan keraguan
Nabi Muhammad menaiki bukit Shafa
dan mengumpulkan orang-orang dengan 5berteriak “Ya Sabaakha! Ya
Sabaakha!”, panggilan ini adalah suatu cara bangsa arab yang dipakai jika ada
sesuatu yang penting. Karena itulah kaum Quraisy yang mendengar panggilan
tersebut segera berkumpul dan tidak dapat terpaksa mengirimkan orang untuk
mendengarkan apa yang dikatakan rasul. Setelah mereka berkumpul, Rasul berkata
:
“Hai Banu Abdul Muthalib, Hai Banu Fihr, Hai
Banu Kaab! Bagamainakah pendapatmu jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung
ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan membinasakan kamu, apakah kamu
percaya apa yang aku katakana?” Jawab Mereka : “Ya, kami akan percaya karena
tidak ada keraguan bagi kami untuk tidak mempercayaimu”. Kata Rasul :
“Ketahuilah oleh kamu sekalian bahwa aku adalah seorang pemberi peringatan kepadamu
tentang datangya siksa oleh Allah”.
Semua orang yang hadir ditempat itu
diam saja sambil merenung apa yang dikatakan oleh Rasul, kecuali Abu Lahab,
setelah ia mendengar ucapan Rasul ia memprotes :
“Sesungguhnya celaka kamu sepanjang hari ini, hanya inikah kamu
mengumpulkan kita?”
Setelah rasul mensyiarkan Islam
secara terang-terangan di kalangan kaum Quraisy, beliau keluar berdakwah ke
tengah masyarakat Quraisy untuk mengajak mereka ke dalam Islam, hampir di
setiap tempat di setiap saat, beliau berani maju ke tengah kaumnya untuk
menerangkan hakekat Islam. Mereka diajak untuk menyembah Allah Yang Maha Esa
dengan meninggalkan segala macam persembahan selain kepada Allah.
Setiap harinya Rasul selalu
mendatangi mereka baik yang berkumpul dekat Ka’bah maupun yang berada di pasar.
Dakwah Rasul ini banyak diterima oleh orang-orang yang bersih hatinya atau
mereka yang sudah muak dengan segala macam persembahan dan tata cara hidup
jahiliyah yang buruk. Setiap harinya ada saja yang masuk Islam baik itu
laki-laki ataupun perempuan. Namun yang paling banyak adalah dari golongan
lemah ekonominya atau budak-budak. Karena dakwah Islamiyah tidak membedakan
kedudukan orang dalam masyarakat.
5Abu Hasan Ali
Al-Hasany An-Nadwy, Riwayat Hidup
Rasulullah SAW, Surabaya : Bina Ilmu 1989 hlm 94
Perkembangan agama Islam yang
demikian pesat ini, membuat kaum Quraisy khawatir, takut kalau agama nenek
moyangnya makin lama makin terancam dengan kehadiran Islam. Selama berdakwahnya
Rasul selalu menyadarkan kaum Quraisy akan kelemahan berhala yang mereka
sembah. Karena itulah mereka mulai benci terhadap perkembangan Islam, karena
menganggap Rasul selalu mencaci maki agama mereka.
Ketika bangsa Quraisy melihat
perlunya langkah yang harus diambil demi kelanggengan agama nenek moyang
mereka, maka mereka pergi ke rumah Abu Thalib untuk melaporkan kepada beliau
bahwa keponakannya telah menyiarkan agama Islam dan mengancam kelanggengan
agama nenek moyang. Mereka meminta kepada Abu Thalib untuk mencegah kegiatan
berdakwah Rasul. Mereka berkata :
“Wahai
Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu (keponakan) telah mencaci maki terhadap
tuhan-tuhan kami dan mengejek nenek moyang kami. Karena itu kami harap agar
engkau mencegah dia atau biarkan kami yang menghadpinya sendiri. Dan engkau
termasuk orang yang satu agama dan kepercayaan dengan kami”
Keluhan
mereka yang sekeras itu dihadapi oleh Abu Thalib dengan sabar dan beliau
menenangkan hati mereka dengan kata-kata yang manis, sampai mereka kembali dengan
puas hati.
Penyiaran Islam di kota Mekkah
berkembang pesat, dengan melanjutkan dan mengembangkan metode-metode yang
dipakai Rasulullah selama berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Sehingga hal ini
membuat kaum Quraisy marah dan mendatangkan kembali Abu Thalib
“Hai Abu Thalib, sesungguhnya engkau adalah orang tua dan
terpandang di tengah kami. Kami telah meminta kamu untuk mencegah keponakan mu,
namun tidak engkau lakukan. Sungguh kami tak dapat bersabar lebih dari ini,
kami tak dapat membiarkan keponakanmu mencaci maki tuhan kami. Kami harap kamu
cegah dia atau kami sendiri yang menghadapinya sampai salah satu, apakah kami
ataukah dia yang akan binasa”
Keluhan kaum Quraisy tersebut
membuat Abu Thalib bimbang, karena harus memilih diantara dua pilihan yang
sulit. Untuk itu ia memanggil Rasul dan berkata :
“Hai keponakan ku, kaum ku telah datang kepadaku dan mengeluh
begini,begitu. Janganlah kamu membebani berat kepadaku, yang tak dapat ku
tanggung”. Rasul menjawab : “Hai Pamanku, demi Allah jika mereka meletakkan
matahari di kananku, dan bulan di kiriku agar aku meninggalkan dakwah Islamiyah
ini, pasti tak akan ku tinggalkan. Sebelum aku diberikan sukses oleh Allah atau
aku binasa karenaNya”
Rasul menjawab ucapan pamannya
tersebut dengan penuh semangat dan menangis karena harus membebani pamannya
tercinta. Ketika pamannya melihat betapa beratnya apa yang ditanggung oleh
Rasul dan kegigihan Rasul dalam dakwah Islami, lantas ia memanggil kembali
keponakannya tersebut dan berkata :
“Hai keponakan ku, teruskanlah apa yang telah kamu kerjakan
sekehendak hatimu, Demi Tuhan aku tidak akan menyerahkan mu kepada mereka
sedikitpun”
Setelah mendapat persetujan dan
perlindungan dari pamannya, Rasul semakin bersemangat dalam menjalankan tugas
Dakwah Islamiyahnya. Hal ini membuat kaum Quaraisy geram karena terus melihat
perkembangan pesat umat yang masuk Islam. Kaum Quaraisy melakukan berbagai cara
untuk membatasi atau mencegah kaumnya masuk Islam, mereka menyiksa dengan
sangat sadis bahkan membunuh kaum muslimin, terutama dari kalangan budak
muslim. Seperti Bilal bin Rabah dan Yasir serta keluarganya yang mati karena
harus mempertahankan aqidah mereka.
Perjalanan dakwah Rasul pada periode
terang-terangan ini, mengalami berbagai banyak hal, baik itu perkembangan pesat
umat muslim dan juga ancaman serta siksaan dari kaum Quraisy yang semakin
menjadi-jadi. Apalagi saat wafatnya Khadijah (Isteri Rasul) dan Abu Thalib (paman
Rasul) yang selama ini membantu dan melindungi rasulullah dalam berdakwah.
Tidak terhitung berapa jumlah harta
Khadijah yang digunakan dalam berdakwah Rasul. Sebagai saudagar yang kaya raya,
Khadijah sangat dihargai di kalangan kaum Quraisy sehingga mereka sangat senggan
terhadap Rasul selama Khadijah hidup. Apalagi Abu Thalib yang menjadi pemuka
kaum Quraisy dari kalangan Bani Abu Muthalib, yang juga kakek Rasul. Namun
semenjak kepergian mereka di tahun yang sama, kaum Quraisy merasa mendapatkan
kesempatan dan peluang yang besar untuk menghentikan dakwah rasul dengan
berbagai cara.
Meskipun begitu, rasul tetap gigih
dan sabar dalam menjalankan dakwahnya. Tidak sedikitpun rasul membalas
perbuatan mereka yang keji, beliau hanya bisa bersabar, berdoa dan menyusun
strategi dari permasalahannya yang lebih kompleks ini.
Adapun beberapa metode yang
dilakukan rasul saat berdakwah secara terang-terangan adalah :
1.
6Politik Pemerintahan :
Merasa dakwah di Mekkah semakin terasa berat, karena perlakuan orang Quaraisy
terhadap Rasul dan umatnya semakin sadis, bahkan sampai mengencam nyawa dan
raganya. Oleh karena itu demi keselamatan nyawa dan keselamatan umat muslim.
Maka rasul dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk hijrah ke luar daerah.
Contohnya ialah ketika ia hijrah ke Madinah. Keputusan hijrah ke Madinah ini
bukanlah semata-mata atas kehendaknya sendiri, melainkan memang atas perintah
orang Madinah Sendiri, sehingga kebanyakan penduduk Madinah secara terbuka
menerima ajaran-ajaran agama Rasul. Di Madinah, Rasul mendapat sahabat (Anshor)
yang makin hari makin bertambah, sehingga Rasul menggunakan politik
pemerintahannya, yakni mendirikan Negara Islam. Yang mana semua urusan ekonomi,
hukum, tata ekonomi, sosial dan sebagainya berasaskan Islam. Hal ini berarti
dakwah Islamiyahnya sebagai tujuan utama Negara.
2.
7Surat Menyurat : metode
dakwah rasulullah bukan saja dengan cara politik pemerintahan, akan tetapi
menggunakan pula metode surat-menyurat. Metode ini dilakukan oleh rasulullah
kepada berbagai Negara tetangga seperti Yaman, Syam, dsb. Adapun hasilnya sudah
barang tentu ada yang menerima dan ada yang menolaknya. Beberapa metode seperti
ini menggambarkan bahwa beliau memiliki kecakapan yang lebih hebat bila
dibandingkan dengan zaman mutakhir ini
3.
Metode
Peperangan : perang adalah
metode dakwah Rasul yang paling terakhir, bila sudah tiada lagi jalan lain yang
ditempuh. Seperti perang Badar, Perang Uhud, Yamuk dsb. Metode dakwah
menggunakan gencatan senjata ini memang tampaknya sangat membahayakan, karena
bala tentara rasulullah lebih sedikit dibandingkan dengan tentara orang kafir.
Namun sejarah Islam telah membuktikan bahwa peperangan rasulullah dengan orang
kafir jarang sekali menemui kekalahan. Dengan demikian peperangan dapat
menguntungkan dan menambah tersiarnya agam Islam ke berbagai penjuru alam
6Asmuni Syukir, Dasar-dasar
Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas 1983 hlm 153
7Ibid. hlm 154
Contoh surat
menyurat Rasul kepada raja Heracrius:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, dari
Muhammad bin Abdullah (hamba Allah) dan utusan Allah. Kepada Heracrius pembesar
(raja) Romawi. Selamatlah atas mereka yang mengikuti petunjuk. Pertama kali
sesungguhnya saya mengajak kepada anda dengan seruan Islam : Masuk Islamlah
anda maka tuan akan selamat. Allah akan menmberikan ganjaran pada tuan dua
kali. Jika tuan menolak maka bagi anda, akan menerima dosa seperti para 8petani.
Hai ahli kitab (Yahudi dan Kristen) marilah kita dalam kalimat yang satu antara
kami dan anda, yaitu tidak ada menyembah kecuai kepada Allah. Dan jika tuan
berpaling maka ucapkanlah penyaksian bahwa kami sebagai orang-orang yang
beragama Islam” (HR. Bukhori -
Muslim)
Selain ketiga metode tersebut,
rasulullah juga terus mengembangkan metodenya sewaktu dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yaitu misalnya mengembangkan Metode Dakwah Secara Diskusi,
dalam situasi dakwah yang terang-terangan ini rasul bisa lebih leluasa dalam melakukan
diskusi dengan umatnya, bahkan mempunyai tempat khusus seperti Masjid, Ka’bah
dll. Juga metode-metode lain seperti Metode Pendidikan, Metode Personal yang
lebih komperhensif, dan Metode bil Hikmah. Dan Rasul juga menggunakan metode
bil Mal yaitu metode dengan memberikan kontribusi materi kepada sasaran dakwah
yang lemah ekonominya. Hal ini sebenarnya sudah biasa Rasul lakukan jauh
sebelum ia diutus menjadi Rasul karena hal ini sudah menjadi sifat naluriah
rasul sebagai manusia yang murah hati dan dermawan. Dalam sebuah hadist
diriwiyatkan
8Petani
maksudnya ialah orang-orang terdahulu
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُعْطِينِي الْعَطَاءَ فَأَقُولُ أَعْطِهِ مَنْ هُوَ أَفْقَرُ إِلَيْهِ
مِنِّي فَقَالَ خُذْهُ إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْءٌ وَأَنْتَ غَيْرُ
مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ وَمَا لَا فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan pemberian kepadaku, kemudian aku mengatakan:
“Berikan kepada orang yang lebih miskin daripadaku,” maka Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,”Ambillah itu! Jika datang kepadamu sesuatu dari
harta ini, sedangkan engkau tidak memperhatikan (yakni mengharapkan, Pen) dan
tidak meminta, maka ambillah itu! Dan yang tidak, maka janganlah engkau
mengikuti hawa-nafsumu terhadapnya!” [HR Bukhari, no. 14734].
Sepanjang perjalanan tugasnya, Rasul
selalu menggunakan berbagai metode guna keberhasilan dakwahnya. Begitu banyak
tantangan dan rintangan yang Rasul hadapi, tetapi hal itu tidak menjadikan ia
lalai dalam mengemban tugas dari Yang Maha Esa. Ia tatap optimis, gigih dan
penuh starategi. Hingga pada akhirnya Rasulullah berhasil menjalankan tugasnya
itu, dan ajaran-ajaran Islam bisa menyebar luas hingga ke seluruh negeri. Tidak
heran jikalau Rasul dinobatkan menjadi orang paling berpengaruh di dunia.
Dengan suri tauladan dan perjuangannya dalam berdakwah. Semoga segala macam
metode rasul ini, dapat menjadi contoh bagi kita dalam mengajak yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar dan semoga kita dapat mengembangkan dan menyikapinya
dengan baik. Sehingga umat Islam pada zaman menghadapi tantangan globalisasi
ini tidak menurun nilai-nilai keimanan islamnya.
3. PERBANDINGAN METODE DAKWAH RASUL
dan METODE DAKWAH SAAT INI
Pembanding
|
Metode Dakwah Rasul
|
Metode Dakwah Saat ini
|
Metode Personal
|
· (Langsung) Silaturahmi dari rumah ke Rumah
· Peduli terhadap sesama
· Sosialis
|
· (Langsung dan Tidak Langsung). Kemajuan teknologi membuat sangat
sedikit sekali pendekatan langsung pada saat ini (dari rumah ke rumah)
kecuali mereka berkumpul di suatu tempat atas dasar kesepakatan bersama
terlebih dahulu.
· Cenderung bersifat Individualis (kurang peduli terhadap sesama)
|
Metode Pendidikan
|
· Lebih mencakup kepada Pendidikan Tauhid
· Rukun Iman, Rukun Islam,
· dan pendidikan akhlak
|
· Lebih kepada Pendidikan Mazhab atau golongan
· Syariah, Fiqih.
|
Metode Diskusi
|
Rasul
sebagai Komunikator yang dapat dipercaya, sehingga apabila ada pertanyaan
dari Komunikan dapat dijawab langsung.
|
Kedudukan
Komunikator=Komunikan. Apabila ada pertanyaan dari komunikan yang “baru”,
maka jawabannya dicari dengan cara ijtihad bersama. Terkadang penggunaan akal
pikiran yang berbeda ini membuat banyak penafsiran dan perbedaan, sehingga
dapat memicu konflik atau terpecahnya golongan umat islam
|
Metode bi Hal
|
Suri
tauladan yang sempurna dari sosok yang sempurna
|
Cenderung
bersifat Teoritis
|
Metode Pemanfaatan Media
|
· Surat Menyurat
· Ka’bah
· Masjid
· Perang (Metode Terakhir Rasul)
|
· Media Elektronik : Internet, Televisi, Radio, Handphone (SMS atau
Telp)
· Media Cetak : Majalah, Buku, Koran, Tabloid
|
Metode
Strategi Politik
|
Metode strategi Politik ini (Misalnya di Madinah) yang merupakan
Negara Islam Pertama yang hukumnya, ekonominya dan tata kehidupannya
berasaskan Islam. Hal ini disambut baik oleh penduduk setempat tanpa adanya
“kampanye kepentingan politik” tetapi semata-semata karena Rahmatan lil
Alamin
|
Banyak Parpol bernamakan Islam yang bertujuan selain “berdakwah”
tetapi juga bermaksud untuk menjadi penguasa suatu Negara bukan sebagai
pemimpin yang amanah. Tetapi terselip kepentingan pribadi didalamnya.
|
Metode bi Amal
|
Pembebasan kaum budak (Bilal bin Rabah), memberi santunan kepada
anak yatim, budak, janda-janda perang.
|
Kondisi umat Islam sendiri yang dikatakan “kurang mampu” dalam
memberi materi/santunan terhadap sesamanya, bagi yang “sadar” (akan uluran
tangan), membuat metode ini kurang efektif di kalangan Islam. Sehingga Metode
ini banyak dimanfaatkan oleh agama lain, seperti Kristenisasi
|
Beberapa Teori Komunikasi dalam Berdakwah
Kegiatan dakwah merupakan proses
penyampaian pesan kepada Mad’u yang mengharapkan perubahan (feedback) dari
Mad’u, begitu pula dalam proses komunikasi yang merupakan penyampaian pesan ke
audience yang juga membutuhkan feedback. Dari sinilah ada titik singgung antara
Dakwah dan Komunikasi, karena Dakwah juga merupakan bagian dari proses
komunikasi. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa teori
komunikasi yang sangat relevan dengan proses dakwah itu sendiri. Diantaranya 9ada
Teori Persuasi, Teori Proses Keputusan Inovasi, Teori Adopsi, Teori
Komunikator, dan Teori Pembangunan.
1.
Teori Persuasi
Teori
persuasi adalah suatu teori komunikasi yang diarahkan kepada proses terjadinya
efek perubahan sikap, keyakinan, pendapat atau perilaku. Dalam realitas bisa
berfungsi sebagai menguatkan atau mengkristalisasi konsep-konsep tersebut di
atas.
Ada
beberapa factor yang meleket pada komunikasi persuasive sebagai hal yang harus
diketahui pada saat menyusun perencanaan komunikasi (Wilcox : 1992), yakni :
a)
Analisis public
b)
Kredibilitas
komunikator
c)
Daya tarik
terhadap kepentingan public
d)
Kejelasan pesan
e)
Waktu dan
Konteks
f)
Partisipasi
Publik
g)
Anjur untuk
bertindak
h)
Isi dan
struktur pesan
i)
Penyampaian
yang persusif.
2.
Teori Proses
Keputusan Inovasi
Teori ini terdiri dari 4 tahap (Rogers, 1983); inovasi sesuatu yang
baru bagi adopter.
a)
Pengenalan
(knowledge): individu mengetahui keberadaan suatu inovasi dan memperoleh
pemahaman tentang fungsinya.
b)
Persuasi :
Individu membentuk suatu sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi
c)
Keputusan :
individu melakukan aktivitas yang mengarah pada suatu pilihan, menerima atau
menolak inovasi
d)
Konfirmasi :
individu mencari pengukuhan terhadap keputusan inovasi yang dibuat (menerima
atau menolaknya) atau mengubah keputusannya jika memperoleh keterangan yang
bertentangan tentang inovasi tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar